pakaian adat manggarai timur

Acara''Teing Hang'' Budaya Manggarai NTT (Sumber : Mengenal daerah Manggarai adalah sebuah kabupaten yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT) Indonesia bagian Timur. Manggarai sendiri terdiri atas tiga kabupaten yaitu kabupaten Manggarai, kabupaten Manggarai Barat, dan kabupaten Manggarai Timur. Nilainilai filosofis perkawinan adat Manggarai dapat digambarkan dalam beberapa ungkapan berikut: 1. perkawinan mengungkapkan kebutuhan dasar manusia untuk berada bersama dengan Yang Lain dalam suatu ranah kehidupan yang sejahtera, subur dan berkembang, seperti ungkapan "saung bembang ngger eta, wake seler ngger wa". Biasanyamengenakan baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain tenun dua kali lilitan dan tanpa kalimantan timur merupakan salah satu provinsi di indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu negara bagian sabah dan. Source: i.pinimg.com. Pakaian adat jawa timur dan arti dari pakaian adat tersebut. Source: i.pinimg.com 7 Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur Suku Manggarai. Pakaian adat dari Suku Manggarai di Nusa Tenggara Timur dikenal memiliki makna filosofi yang cukup mendalam. Nama pakaian adat tersebut dikenal dengan sebutan kain Songke dan menjadi salah satu pakaian wajib bagi kaum wanita Suku Manggarai. NusaTenggara Timur memiliki beberapa rumah adat yang terkenal dengan keidahan bangunanya. Berikut beberapa rumah adat ntt yang masih digunakan sampai sekarang, yaitu: 1. Rumah Adat Mbaru Niang. blogpictures.99.co. Rumah adat NTT yang pertama yaitu mbaru niang. Rumah adat ini berasal dari daerah Manggarai NTT, lebih tepatnya di Desa Wae Rebo. Site De Rencontre Avec Femme Francaise. 40+ Pakaian Adat Manggarai Ntt + Keterangan. Suku manggarai adalah sebuah suku bangsa. Akan tetapi budaya dan tradisi bangsa indonesia juga masih sangat kental diberbagai macam daerah dan wilayah pada saat ini. 10 Pakaian Adat Ntt Pria Wanita Nama Penjelasan Gambar from Pakaian adat nusa tenggara timur ntt yang umum dipakai oleh masyarakat ntt adalah kain tenun ikat. Tarian ntt sangat bervariasi, artikel ini akan membahas nama tarian daerah ntt dan asalnya, tarian nusa tenggara timur lengkap beserta gambar dan tak kalah menarik dari jenis budaya lain seperti pakaian adat dan rumah adat, tarian ntt juga menjadi salah satu daya tarik dari wisatawan. Sahabat 99, rumah di atas tanah itu sudah pasti. Pakaian adat nanggroe aceh darussalam. Pakaian adat, bahasa, serta ritual jadi kekayaan budaya dari indonesia. Baju adat ntt lainnya yang biasa digunakan adalah baju adat baju adat ntt atau baju adat nusa tenggara timur selanjutnya adalah baju adat suku manggarai flores. Pakaian adat tradisional aceh biasa adalah ulee balang, pakaian tersebut biasanya digunakan oleh para raja dan keluarganya. Hal ini tentunya karena perkembangan zaman dan juga globalisasi. Pakaian Adat Minangkabau – Tanah Minang selain masakannya yang sangat terkenal baik di kancah nasional, maupun mancanegara, Provinsi Sumatera Barat juga dikenal memiliki kebudayaan yang sangat unik. Kebudayaan yang tumbuh subur sejak masa silam tersebut hingga kini dan bahkan tetap terjaga dengan baik. Masyarakat suku Minangkabau dari provinsi Sumatera barat ini yang ibukotanya di kota Padang memang diketahui sangat kuat dalam mempertahankan adat dan budayanya sendiri. Salah satu adat dan budaya yang tetap mereka pertahankan tersebut misalnya dalam hal berpakaian. Baju adat Minangkabau yang sangat dikenal di kancah nasional. Pakaian yang bernama pakaian Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang ini memiliki keunikan terutama terletak pada bagian penutup kepalanya yang menyerupai bentuk tanduk kerbau atau atap rumah gadang. Pakaian Bundo kanduang merupakan pakaian adat Minangkabau yang dikenakan oleh para wanita yang sudah menikah. Sementara untuk pria maupun untuk sepasang pengantin, dikenal juga jenis pakaian lainnya. Baju Adat Minangkabau Wanita adat budaya minangkabau 1. Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang. Limpapeh Rumah Nan Gadang atau sering disebut pakaian Bundo Kanduang. Makna pakaian adat Minangkabau ini merupakan lambang kebesaran bagi para istri. Pakaian tersebut merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu dalam keluarga. Limpapeh memiliki arti tiang tengah dari bangunan rumah adat Minangkabau. Peran limpapeh dalam memperkokoh menegakkan bangunan adalah analogi dari peran ibu dalam sebuah keluarga. Jika limpapeh roboh, maka rumah juga akan roboh. Ini sebuah pesan agar wanita atau seorang ibu yang tidak pandai mengatur rumah tangga. Dan oleh sebab itulah keharmonisan rumah tangga tidak bertahan lama dan hubungannya akan sama roboh. Pakaian Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang memiliki desain yang berbeda dari setiap sub suku dan hampir sama mirip dengan baju adat Minangkabau anak. Akan tetapi, beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam pakaian-pakaian tersebut. Perlengkapan yang dimaksud adalah tingkuluak tengkuluk, baju batabue, minsie, lambak atau sarung, salempang, dukuah kalung, galang gelang, dan beberapa aksesoris yang lain. 2. Tingkuluak Tengkuluk. Tengkuluk merupakan sebuah penutup kepala yang bentuknya menyerupai kepala kerbau atau atap dari rumah gadang. Penutup kepala yang terbuat dari kain selendang ini dikenakan sehari-hari maupun saat dalam upacara adat tertentu. 3. Baju Batabue Baju batabue atau baju bertabur adalah baju adat Minangkabau baju kurung naju yang dihiasi dengan taburan pernik benang emas. Pernik-pernik sulaman benang emas tersebut melambangkan tentang kekayaan alam daerah Sumatera Barat yang begitu berlimpah. Corak dan motif dari sulaman ini pun sangat beragam. Baju batabue dapat kita jumpai dalam 4 varian warna, yaitu warna merah, hitam, biru, dan lembayung. Pada bagian tepi lengan dan leher terdapat hiasan yang biasa disebut minsie. Minsie adalah sulaman yang menyimbolkan bahwa seorang wanita Minang harus taat pada batas-batas hukum adat yang berlaku. 4. Lambak. Lambak atau sarung adalah pakaian bawahan pelengkap pakaian adat Minangkabau Bundo Kanduang. Sarung ini ada yang berupa songket dan berikat. Sarung dikenakan dengan cara diikat pada pinggang. Belahannya bisa disusun di depan, samping, maupun belakang tergantung adat Nagari atau suku mana yang memakainya. 5. Salempang Salempang adalah selendang yang terbuat dari kain songket. Salempang di letakan di pundak wanita. Salempang menyimbolkan bahwa wanita harus memiliki welas asih pada anak dan cucu, serta harus waspada akan segala kondisi. Perhiasan Umumnya seperti pakaian wanita dari daerah lain, penggunaan baju adat Minangkabau untuk wanita juga dilengkapi dengan beragam aksesoris seperti galang gelang, dukuah kalung, serta cincin. Dukuah memiliki beberapa motif, yaitu kalung perada, daraham, kaban, manik pualam, cekik leher, dan dukuh panyiaram. Secara filosofis, dukuah melambangkan bahwa seorang wanita harus selalu mengerjakan segala sesuatu dalam dasar kebenaran. Baca juga Kebudayaan Sumatera Barat Baju Adat Tradisional Pria Minangkabau setya fashion Merupakan baju Sumatera Barat untuk pria bernama pakaian penghulu. Sesuai namanya, pakaian ini hanya digunakan oleh tetua adat atau orang tertentu saja, dimana dalam cara pemakaiannya pun di atur sedemikian rupa oleh hukum adat yang berlaku. Pakaian ini terdiri atas beberapa perlengkapan yang di antaranya Deta, baju hitam, sarawa, sesamping, cawek, sandang, keris, dan tungkek. atau destar adalah sebuah penutup kepala yang terbuat dari kain berwarna hitam gelap biasa yang dililitkan untuk membuat kerutan. Kerutan pada deta melambangkan bahwa sebagai seorang tetua, saat akan memutuskan sesuatu perkara hendaknya terlebih dahulu ia dapat mengerutkan dahinya untuk mempertimbangkan segala baik dan buruk setiap hasil dari sendiri dibedakan berdasarkan pemakaiannya menjadi deta raja untuk seorang raja, kemudaian deta gadang dan deta saluak batimbo untuk penghulu, deta ameh, dan deta cilieng manurun. Baju Baju penghulu umumnya berwarna hitam. Baju ini terbuat dari kain beludru. Warna hitamnya melambangkan tentang makna kepemimpinan. Segala puji dan umpat haru dapat diredam seperti halnya warna hitam yang tak akan berubah meski warna lain ikut adalah celana penghulu yang berwarna hitam. Celana ini memiliki ukuran besar pada bagian betis dan paha. Ukuran inilah yang melambangkan seorang kepala adat atau pemimpin berjiwa besar dalam melaksanakan tugas dan mengambil keputusan atas suatu adalah selendang merah berhias benang makau warna warni yang diletakan di bahu pemakainya. Warna merah selendang melambangkan makna keberanian, sementara hiasan benang makau melambangkan maka ilmu dan atau ikat pinggang berbahan sutra yang dikenakan untuk menguatkan ikat celana sarawa yang longgar. Kain sutra ini melambangkan jika seorang penghulu harus cakap dan lembut saat memimpin, selain itu juga sanggup mengikat jalinan persaudaraan antar masyarakat yang adalah kain merah yang diikatkan di pinggang sebagai pelengkap pakaian adat Minangkabau. Kain merah ini memiliki segi empat, melambangkan bahwa seorang penghulu harus tunduk pada hukum adat yang berlaku. Keris dan TongkatKeris diselipkan di pinggang, sementara tongkat digunakan untuk petunjuk jalan. Kedua kelengkapan ini adalah simbol bahwa kepemimpinan merupakan sebuah amanah dan tanggung jawab besar. Pakaian Pengantin Padang kuto-padang Selain dari baju Bundo Kanduang dan baju penghulu, ada pula jenis pakaian asal Sumatera Barat lainnya yang lazim dikenakan oleh para pengantin dalam upacara pernikahan. Pakaian pengantin ini umumnya berwarna merah dengan tutup kepala dan hiasan yang lebih banyak. Hingga saat ini, pakaian tersebut masih sering digunakan tapi tentunya dengan sedikit tambahan modernisasi dengan gaya atau desain yang lebih unik dan elegan dengan beberapa tambahan modernisasi tersebut baju adat Minang modern akan lebih terkesan bagus. Baca juga Tarian Sumatera Barat Demikianlah penjelasan tentang baju adat Minangkabau dan maknanya. Dengan segala keunikkannya tersebut, pakaian Minangkabau memiliki makna budaya yang kuat. Pada setiap ukiran dan perlengkapan yang ada pada baju tradisional Minangkabau mengandung makna-makna yang menjadi harapan untuk suku Minangkabau sendiri. Semoga artikel ini bermanfaat dan terima kasih. Flores merupakan wilayah kepulauan yang letaknya berada di bagian Indonesia Timur. Wilayah tersebut meliputi Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT. Pulau Flores terkenal akan wisata alamnya yang indah nan asri. Apalagi wisata baharinya yang sayang bila dilewatkan. Wilayah bagian timur ini memiliki beragam suku adat. Kurang lebih ada sekitar 10 suku adat yang menetap di Pulau Flores. Keberagaman suku itulah sebagai daya tarik wisatawan datang ke Flores. Rata- rata wisatawan penasaran dengan kebudayaan dan pakaian adat yang masyarakat Flores miliki. Buat kamu yang belum pernah datang ke Flores dan penasaran dengan pakaian adatnya. Berikut Keluyuran berikan informasinya. Baca sampai bawah ya! 1. Pakaian Adat Suku Sabu * sumber Pakaian adat Suku Sabu terbuat dari tenun ikat yang kemudian diolah menjadi sarung. Proses itu dinamakan hii hawu atau higi huri oleh masyarakat Flores. Motif kain yang digunakan Suku Sabu, yaitu flora, fauna, dan geometris. Pakaian adat wanita dan laki-laki berbeda. Untuk pakaian adat wanita lebih banyak menggunakan aksesori dibandingkan pria. Aksesori yang dipakai biasanya berupa anting, kalung, dan ikat kepala. Lalu, baju atasannya menggunakan kain tenun menyerupai kemban, sedangkan laki-laki memakai kemeja putih dengan sabuk. 2. Pakaian Adat Suku Manggarai * sumber Manggarai merupakan salah satu suku yang berada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Suku tersebut memiliki pakaian adat yang unik dan menarik, yaitu kain songke. Pakaian adat satu ini wajib digunakan oleh wanita Suku Manggarai. Pemakaian kain songke tidak telalu rumit. Lilitkan kain songke pada tubuh hingga dada. Lalu, tentukan bagian motif berada di depan. Setiap motif melambangkan makna yang berbeda. Misalnya, motif wela kaleng yang melambangkan ketergantungan manusia dengan alam. Kain songke ini didominasi oleh warna hitam yang menyimbolkan keagungan. 3. Pakaian Adat Suku Helong * sumber Helong merupakan suku di Flores yang cukup terkenal bagi para wisatawan. Hal itu karena masyarakatnya yang ramah dan welcome kepada pengunjung yang datang. Pakaian adat Suku Helong terbagi dua, yakni untuk laki-laki dan wanita. Konsep pakaian adat ini cukup sederhana dan mudah dipakai. Untuk laki-laki mengenakan atasan kemeja bodo, bawahan selimut lebar, destar sebagai ikat kepala dan perhiasan kalung emas atau dasi tenun. Untuk wanita menggunakan atas kebaya, bawahan kain tenun, ikat pinggang emas, kalung dan ikat kepala berbentuk bulan sabit. 4. Pakaian Adat Suku Sumba * sumber Suku Sumba memiliki pakaian adat yang sederhana dan tidak memerlukan banyak aksesori. Untuk pakaian adat pria dikenal dengan nama hinggi. Pemakaiannya cukup mudah yang terdiri dari dua lembar hinggi, yaitu kawuru dan kombu. Selanjutnya, pada bagian kepala lilitkan kain tiara patang dan buatlah jambul pada bagian kiri maupun kanan. Pakaian adat wanita menggunakan kain kawuru. Kain tersebut dililitkan sampai setinggi dada mirip dengan kemban. Lalu, pada bagian bahu ditutup kain taba huku yang memiliki warna sama dengan kain wuru. Polesan akhir tambahkan anting dan kalung emas sebagai aksesori. 5. Pakaian Adat Suku Lio * sumber Lio merupakan suku tertua yang ada di Pulau Flores, NTT. Jika kamu mencari kain tenun songket dengan kualitas terbaik, bisa datang ke sini. Suku Lio terkenal dengan kain tenunnya yang indah dan lembut. Warisan dalu leluhur nenek moyang itu masih terjaga dengan baik. Kain tenun yang berasal dari Suku Lio bernama ikat pitola. Motifnya cukup beragam, yaitu dedaunan, hewan, dan manusia. Agar menghasilkan karya yang bagus, pembuatan motif menggunakan benang berwarna biru dan merah. Lalu diberikan manik-manik supaya terlihat menarik. 6. Pakaian Adat Suku Rote * sumber Pakaian adat Suku Rote memiliki ciri khas dan menarik. Tidak heran banyak wisatawan yang jatuh hati pada pakaian adat satu ini. Rata-rata mereka tertarik ingin mengenakan topi yang bernama ti’I langga. Bentuknya mirip dengan kopi koboi dari negara Meksiko. Ti’I langga terbuat dari bahan lontar kering yang melambangkan kewibawaan pria. Untuk perempuannya memakai kebaya dan sarung yang ditenun. Lalu, pada bagian kepanya terdapat destar yang berbentuk seperti bulan sabit. 7. Pakaian Adat Suku Dawan * sumber Masyarakat Suku Dawan terkenal pandai merawat alam dengan baik. Mereka melakukan hal yang sama terhadap budaya dan pakaian adat. Sampai saat ini pakaian adat Suku Dawan masih terjaga dengan biak kemurniannya. Pakaian adat Suku Dawan memiliki banyak aksesori, yaitu kalung emas, gelang dan ikat kepala emas. Mereka selalu membawa tas yang terbuat dari kain tenun. Untuk talinya biasanya akan diberikan manik- manik emas. 8. Pakaian Adat Suku Kabola * sumber Kabola merupakan salah satu suku di Pulau Flores, NTT. Suku satu ini memiliki pakaian adat yang unik dan sederhana. Pakaian tersebut terbuat dari kulit kayu yang berwarna putih agak kecoklatan. Tidak tampak adanya perhiasan yang digunakan pada pakaian adat Suku Kabola. Adapun aksesori yang merek kenakan, semuanya terbuat dari kulit kayu. Baik itu berupa gelang, kalung, maupun ikat kepala. Meski demikian, masyarakat Kabola tetap memiliki kain tenun sendiri yang berciri khas. Sudah banyak wisatawan yang berkunjung dan memakai langsung pakaian dari kulit kayu. 9. Pakaian Adat Suku Abui * sumber Suku Abui terletak di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Untuk menemui suku ini wisatawan harus melakukan perjalanan ke Desa Takpala. Tidak mudah menjumpai Suku Abui. Dalam perjalanannya wisatawan akan melewati sawah dan pegunungan yang cukup curam. Masyarakat Suku Abui membuat kain tenun sendiri dengan alat tradisional. Kegiatan itu dilakukan turun temurun dari nenek moyang mereka. Untuk pakaian adat pria ada penambahan pada bagian ikat kepala dan gelang kaki serta senjata panah. 10. Pakaian Adat Suku Sikka * sumber Pernah dengar kota Maumere? Sebagian besar Suku Sikka tinggal di sana. Penduduk Sikka terkenal dengan kain tenun yang terbuat dari pewarna tumbuhan. Kain tenun untuk pria terbagi dua, yaitu Lipa dan Ragi. Keduanya dibedakan dari motif dan warna. Sarung atau tenun untuk wanita bernama Utang. Pakaian adat Suku Abui sering digunakan pada kegiatan upacara adat dan keagamaan. Kain sarung kemudian dililitkan pada bagian bawah tubuh. Biasanya dari bagian pinggang hingga mata kaki. Baju atasan untuk pria menggunakan pakaian labu yang mirip kemeja berwarna putih. Namun, seiring berjalannya waktu mengenakan kemeja selain warna putih diperbolehkan. Lalu, selempangkan lensu sembar pada bagian dada pria. Ikat kepala pakaian adat Suku Sikka cukup unik. Pada bagian kanan dan kiri sengaja dibiarkan panjang menjuntai. Tujuannya untuk memperlihatkan kewibawaan seorang laki-laki. Untuk wanita menggunakan rambut sanggul dengan tusuk konde bernama hegin. Terakhir tambahkan hiasan gelang yang terbuat dari gading pada pergelangan tangan wanita. Flores rupanya memiliki aneka ragam pakaian adat yang unik dan menarik. Pakaian adat merupakan warisan nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan dengan baik. Hal ini tidak hanya berlaku bagi suku yang bersangkutan, tetapi untuk kita semua sebagai warga negara Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu yang penasaran dengan pakaian adat Pulau Flores. Kupang ANTARA - Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur mewajibkan aparatur sipil negara ASN di lingkup pemerintahan setempat untuk mengenakan pakaian adat sebagai pakaian dinas resmi pada setiap hari Kamis. "Mulai hari ini Kamis, 23/5/2019 kami luncurkan kebijakan bagi semua ASN di Manggarai Barat untuk memakai pakaian adat khas Manggarai Barat sebagai pakaian dinas resmi," kata Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Kupang, Kamis 23/5. Ia menjelaskan pakaian adat yang digunakan untuk kedinasan meliputi tenunan songke Manggarai, baju bakok putih untuk laki-laki dan brokat untuk perempuan, selendang, dan sesek sapu destar atau jongkong re’a yang merupakan topi khas Manggarai Barat. Agustinus menjelaskan pemerintah kota menerapkan kebijakan itu sesuai instruksi Gubernur Nusa Tenggara Timur yang mewajibkan semua ASN di NTT mengenakan pakaian adat, sebagai pakaian dinas resmi pada setiap Selasa dan Jumat. "Namun untuk kami di Manggarai Barat diterapkan setiap hari Kamis agar selaras dengan ketentuan nasional," kata Bupati Dula dan menjelaskan ASN dari daerah lain yang bekerja di Manggarai Barat diperbolehkan untuk mengenakan pakat adat khas daerahnya masing-masing. Agustinus Dula mengapresiasi kebijakan tersebut, karena berdampak positif terhadap pertumbuhan usaha pengrajin tenun ikat di Manggarai Barat. "Saya optimistis banyak orang akan mencari tenun ikat songke Manggarai," demikian Agustinus Ch Dula. Baca juga Klaster tenun ikat tumbuhkan ekonomi Sumba Timur Baca juga Kampung Adat Praingu Prailiu jadi galeri tenun ikat Indonesia merupakan negara kaya akan budaya. Mulai dari kuliner, tarian hingga kain tradisional. Kain tradisional dari berbagai daerah dengan karakteristik tersendiri membuktikan bahwa Indonesia kaya akan keberagaman. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah menetapkan sebanyak 33 jenis kain tradisional sebagai warisan budaya. Batik salah satunya yang sudah popular hingga di level mancanegara. Namun yang tidak kalah populernya adalah adanya kain songket, tenun, ulos dan beberapa jenis kain langka yang sudah sulit ditemui. Berbicara soal kain tenun, Nusa Tenggara Timur salah satunya memiliki banyak ragam tenun ikat. Salah satunya adalah Songke. Songke adalah tenun khas masyarakat Manggarai yang berdiam di sisi barat Pulau Flores. Kain tenun ini wajib dikenakan saat acara-acara adat. Antara lain saat kenduri penti, membuka ladang randang, hingga saat musyawarah Nempung. Pada tahun 1613-1640 kerajaan Gowa Makasar, Sulawesi Selatan pernah berkuasa di hampir seluruh wilayah Manggarai Raya. Pertemuan dengan berbagai macam kepentingan budaya melahirkan sesuatu yang baru bagi kebuadaayan orang Manggarai termasuk di dalamnya masalah berbusana sehingga kebudayaan dari Makasar sebagiannya dibawa ke Manggarai termasuk juga masalah kain yang dipakai. Orang Makasar menyebut songke dengan sebutan songket, tetapi orang Manggarai lebih mengenalnya dengan sebutan songke tanpa akhiran huruf t. Kaum laki-laki biasa mengenakan tengge Songke lalu mengombinasikannya dengan destar atau ikat kepala atau peci khas Manggarai. Sementara para perempuan mengenakan dengan cara yang sama dengan atasan kebaya. Kain songke juga dipakai oleh para petarung dalam tarian Caci serta, dimanfaatkan sebagai mas kawin belis hingga untuk membungkus jenazah. Kain ini umumnya berwarna dasar hitam. Warna hitam bagi orang manggarai warna hitam melambangkan kebesaran dan keagunan serta kepasrahan bahwa semua manusia pada suatu saat akan Kembali kepada Mori Kraeng Sang Pencipta. Sedangkan warna benang untuk sulam umumnya warna-warna yang mencolok seprti merah, putih, orange, dan kuning. Motif yang dipakai pun tidak sembarang. Setiap motif mengandung arti dan harapan dari orang Manggarai dalam hal kesejahteraan hidup, kesehatan dan hubungan, baik antara manusia dan sesamanya, manusia dengan alam maupun dengan Sang Pencipta. Di rangkum dari beberapa sumber, berikut Motif kain Songke beserta artinya Motif Su’i Motif ini berupa garis-garis yang seolah memberi batas antara satu motif dengan yang lainnya. Namun garis-garis ini bukannya tanpa arti. Su’i melambangkan segala sesuatu yang memiliki akhir. Seperti hidup yang cepat atau lambat akan menemui ujungnya. Su’I juga dapat berarti kehidupan masyarakat Manggarai dibatasi oleh garis-garis berupa peraturan adat yang tidak boleh dilanggar. Motif Mata Manuk Mata manuk artinya mata ayam. Motif ini dikaitkan dengan Tuhan yang maha melihat. Masyarakat Manggarai meyakini kebesaran Tuhan yang mempu melihat hingga ceruk paling gelap sekalipun. Perbuatan manusia tidak ada yang luput dari pengamatan-Nya. Motif Wela Ngkaweng Wela berarti bunga. Sementara ngkaweng adalah sejenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Manggarai untuk mengobati luka hewan ternak. Wela nkaweng mengandung makna bahwa kehidupan manusia yang bergantung pada alam. Kelestarian alam akan menunjang kehidupan manusia dari waktu ke waktu. Motif Wela Runu Yang melambangkan bahwa orang Manggarai bagaikan bunga kecil tapi memberikan keindahan dan hidup di tengah-tengah kefanaan ini. Motif NtalaNtala berarti bintang. Motif ini terkait erat dengan salah satu petuah Manggarai Porot langkas haeng ntala’, yang artinya hendaklah mencapai bintang. Motif ntala bermakna, hendaknya kehidupan selalu berimbas positif bagi sesama serta memberikan perubahan pada lingkungan sekitar. Motif Ranggong Ranggong adalah laba-laba. Bagi masyarakat Manggarai, laba-laba adalah hewan yang ulet dan bekerja keras dalam hidupnya. Kejujuran dalam hidup akan membuahkan hal baik, disenangi dan dimuliakan oleh orang di sekitar. Continue Reading

pakaian adat manggarai timur